Friday, August 22, 2014

BERSEMBUNYI DARI ALLAH


Saudaraku,...
Sahabat Rasulullah Saw, Abdullah bin Abbas r.a., dalam sebuah riwayat pernah bercerita kepada para muridnya. "Ada seorang laki-laki pada zaman sebelum kalian, dia beribadah kepada Allah selama 80 tahun, kemudian dia terpeleset kepada suatu dosa, lalu dia pun takut atas dirinya karena dosa tersebut. Kemudian dia mendatangi hutan dan berkata: 'Wahai hutan yang banyak bebatuannya, yang lebat pepohonannya, yang banyak hewan-hewannya, Apakah engkau memiliki tempat bersembunyi bagiku dari Rabku?' Dengan ijin Allah hutan menjawab: 'Wahai manusia, demi Allah, tiada satu pun rumput maupun pohon dalam wilayahku, melainkan ada seorang malaikat yang diutus di sana, maka bagaimana aku hendak menyembunyikanmu dari Allah?' Laki-laki itu pun mendatangi laut dan berkata: 'Wahai laut yang melimpah airnya, yang banyak ikan-ikannya, Apakah engkau memiliki tempat untuk menyembunyikan diriku dari Rabku?' Maka laut pun menjawab: 'Wahai manusia, demi Allah tiada satu butir pasir pun atau binatang air pun kecuali disertai malaikat yang diutus, maka bagaimana aku hendak menyembunyikan dirimu dari Allah?' Laki-laki itu pun mendatangi gunung dan berkata: 'Wahai gunung yang tinggi menjulang langit, yang banyak gua-guanya, adakah engkau memiliki tempat untuk menyembunyikan diriku dari Rabku Tabaraka wa Taala?' Gunung menjawab: 'Demi Allah, tiada satu batu atau gua pun yang ada di wiliayahku kecuali ada malaikat yang diutus, bagaimana mungkin aku menyembunyikanmu'?"

Allah SWT adalah Dzat yang Maha Mengetahui dan juga Maha Melihat. Tidak ada satu tempat pun yang dapat menyembunyikan kita dari pandangan Allah. Apapun yang kita lakukan baik itu kebaikan maupun kejahatan selalu pengawasan Allah yang sangat teliti. Sehingga sepatutnyalah kita menjaga diri dari segala sesuatu yang menjadikan kita rendah dalam pandangan Allah SWT.

Perhatikanlah masyarakat kita yang menjadikan keberadaan Allah sebagai sesuatu yang sia-sia. Isu tentang perselingkuhan berjejal begitu banyaknya. Para pelakunya merasa asyik sepanjang tidak ketahuan istri atau suaminya. Korupsi dan kolusi merajalela di setiap lini dan tempat kerja, koruptor pun santai saja selagi petugas audit tidak mencium bau busuknya. Jumlah uang yang dilalap tak kepalang tanggung banyaknya. ICW menyebutkan, angka korupsi di tingkat DPRD masing-masing bernilai milyaran, tidak ada yang 'hanya jutaan'. Kumpul kebo dan perzinaan terjadi di mana-mana, terus menjadi rutinitas, selagi keluarga, orang tua, dan masyarakat tidak mendeteksi tindakan kotornya. Saya tidak tahu, apakah mereka mereka benar-benar mengenal Allah, atau bahkan tidak mengakuinya sama sekali. Jika mereka seorang muslim, tentu mereka tidak akan melakukan perbuatan tersebut tanpa mengabaikan keberadaan-Nya. Orang-orang yang berlari dari Allah tidak akan menemukan tempat bersembunyi yang baik. Mereka bias saja bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak akan mampu bersembunyi dari Allah. Kemana mereka harus menghadapkan wajah mereka jika setiap arah yang mereka tuju dijaga para malaikat yang selalu setia kepada Tuhannya. Dan Allah pun tidak pernah lalai dalam pengawasan terhadap semua hamba-Nya.

Perbuatan maksiat terjadi karena adanya kemauan atau terbukanya peluang melakukannya. Namun, keduanya dapat dicegah secara sekaligus dengan mendekatkan diri kepada Allah. Mengapa demikian? Karena, dengan menjadikan diri kita dekat kepada Allah, pikiran dan angota tubuh kita akan memposisikan setiap indra kita dalam pengawasan Allah setiap saat. Hasilnya adalah pikiran kita membentuk opini bahwa tak ada tempat dan kesempatan yang memungkinkan kita berbuat dosa tanpa sepengetahuan-Nya. Otomatis kendurlah kemauan kita untuk berbuat dosa, meskipun tidak ada orang lain yang bersama kita, sebab Allah mengawasinya.

Tidak akan terlintas di benak pencuri untuk mengganyang mobil patroli yang diparkir di depan kantor polisi. Karena, ia sadar bahwa aksinya akan dengan mudah diketahui dan jeruji besi siap menantinya. Jika demikian, sudah selayaknya hamba yang cerdas tidak coba-coba menjamah wilayah dosa yang dilarang sang Pencipta. Karena, Allah takkan sedikit pun terlena dalam mengawasinya, sedangkan hukuman-Nya tidak hanya berupa jeruji besi, tetapi siksa yang tiada tara beratnya. Maka, merasakan pengawasan Allah adalah perisai utama yang menghalangi seseorang untuk berbuat dosa.

Mendekatkan diri kepada Allah juga menumbuhkan rasa malu untuk berbuat dosa kepada Allah. Manusia yang berekatan dengan Allah menyadari bahwa Allah yang memberikan segala nikmat kepadanya, juga memantau setiap gerak-geriknya. Tidak ada tempat bersembunyi dari-Nya agar dia bebas berbuat dosa. Malaikat yang menjaga di setiap bumi yang dia pijak akan menjadi saksi atas segala yang dilakukannya. Maka, bagaimana dia akan durhaka kepada-Nya di hadapan pengawasan-Nya. Yang dia lakukan bahkan sebaliknya, dia ingin agar Zat yang memberikan nikmat kepadanya melihat dirinya selalu dalam ketaatan kepada-Nya, sehingga Dia akan merasa rida.

Kesempurnaan mendekatkan diri kepada Allah diraih manakala seseorang juga menyadari bahwa setiap gerak, napas dan detik perbuatannya direkam dalam catatan malaikat. Kelak catatan itu akan diperlihatkan kepadanya. Terbuktilah bahwa tidak ada yang terlewat dari perbuatannya, semua tercatat detail di dalamnya. Tidakkah kita malu jika catatan perbuatan kita dibuka pada hari Kiamat, sementara di sana terdapat rekaman dosa yang kita kerjakan pada saat bersembunyi?

Mendekatkan diri kepada Allah menyebabkan seseorang beramal ketika sendirian sama bagusnya dengan apa yang dia lakukan ketika bersama banyak orang. Alangkah bagusnya seorang muslim tatkala menyendiri, lalu dia merasakan bahwa malaikat tidak akan berpisah darinya, diutus untuk menulis kebaikannya. Maka, dia berkata kepada malaikat, "Tulislah (kebaikanku wahai malaikat), semoga Allah merahmati Anda," sehingga dia memenuhi lembaran kitabnya dengan kebaikan dan apa-apa yang bisa memperberat timbangannya.
 
Sebagian orang yang hatinya sakit, bahkan mati, mengira bahwa Allah tidak melihat mereka tatkala bermaksiat atau lengah dari apa yang mereka kerjakan, sehingga mereka berdosa dengan tertawa. Apalagi jika hukuman atas dosanya tidak segera nampak di depan mata. Para pezina yang ‘aman’ dari penyakit kelamin, para pembunuh kaum muslimin, para penjahat dan pendosa, jangan disangka Allah membiarkan mereka. Allah tidak membiarkan para pendurhaka pendahulu mereka seperti kaum Luth, kaum Tsamud, kaum ‘Ad, maupun Fir’aun. Ingatlah. Allah sangat adil dalam membalas perbuatan-perbuatan hamba-Nya.

Semoga kita dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan perlindungan-Nya. Amiin!

No comments:

Post a Comment

DENDAM DAN KEKEJAMAN

Dendam membuat kita menjadi kejam. Hal ini dapat kita buktikan sendiri dengan melihat sendiri keadaan batin kita. Dendam melahirkan kebencia...