Wednesday, October 28, 2015

DIAM ITU EMAS


Saudaraku,…
Sebuah perkataan yang sia-sia dapat menjerumuskan kita ke dalam keburukan yang menistakan. Ucapan dan perkataan memang memiliki kekuatan yang luar biasa. Sejarah dunia mengungkapkan kata-kata bersemangat pemimpin dunia mampu membangun sebuah revolusi yang merubah dunia.  Bangsa ini memiliki beberapa tokoh yang mampu mendayagunakan perkataan bermanfaat untuk menggedor perjuangan mencapai kemerdekaan. Kata-kata Bung Toha dan Bung Karno pada waktu perjuangan kemerdekaan adalah kata-kata bermanfaat yang membangun spirit melawan penindasan terhadap Negara kita. Di dalam sejarah Islam pun tidak sedikit tokoh-tokoh perjuanga Islam yang mampu membangun spirit menegakkan bendera Islam di manapun mereka menjejakkan kakinya.

Tapi bagaimanakah jika kata-kata tidak lebih hanyalah buih-buih gelombang di lautan? Atau bahkan lebih buruk, kata-kata hanyalah kesia-siaan penggunaan waktu oleh manusia. Untuk yang satu ini, maka yang paling baik adalah diam. Dalam beberapa hal diam jauh lebih baik daripada berkata-kata.

Kelemahan manusia umumnya terletak pada ketidakmampuan untuk mengendalikan lidahnya dalam kebaikan. Dusta selalu terlahir dari perbincangan sia-sia diantara para manusia. Pada awalnya seseorang mungkin berbicara tentang kebaikan, tapi lidah sungguh tak bertulang. Entah dengan alas an dan tujuan apa, ia kemudian mempergunjingkan keburukan orang lain atau kebohongan-kebohongan lain yang tidak terpikirkan sebelumnya. Karena itulah orang-orang yang beriman dihimbau Rasulullah Muhammad Saw untuk diam saja apabila mulut tidak mampu berucap kebaikan.

Dalam sebuah kisah diceritakan mengenai seorang lelaki miskin yang mencari nafkahnya hanya dengan mengumpulkan kayu bakar lalu menjualnya di pasar. Hasil yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan. Bahkan, kadang-kadang tak mencukupi kebutuhannya. Tetapi, ia terkenal sebagai orang yang sabar.

Pada suatu hari, seperti biasanya dia pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar. Setelah cukup lama dia berhasil mengumpulkan sepikul besar kayu bakar. Ia lalu memikulnya di pundaknya sambil berjalan menuju pasar. Setibanya di pasar ternyata orang-orang sangat ramai dan agak berdesakan. Karena khawatir orang-orang akan terkena ujung kayu yang agak runcing, ia lalu berteriak,

"Minggir... minggir! kayu bakar mau lewat!."

Orang-orang pada minggir memberinya jalan dan agar mereka tidak terkena ujung kayu. Sementara, ia terus berteriak mengingatkan orang. Tiba-tiba lewat seorang bangsawan kaya raya di hadapannya tanpa mempedulikan peringatannya. Kontan saja ia kaget sehingga tak sempat menghindarinya. Akibatnya, ujung kayu bakarnya itu tersangkut di baju bangsawan itu dan merobeknya. Bangsawan itu langsung marah-marah kepadanya, dan tak menghiraukan keadaan si penjual kayu bakar itu. Tak puas dengan itu, ia kemudian menyeret lelaki itu ke hadapan hakim. Ia ingin menuntut ganti rugi atas kerusakan bajunya.

Sesampainya di hadapan hakim, orang kaya itu lalu menceritakan kejadiannya serta maksud kedatangannya menghadap dengan si lelaki itu. Hakim itu lalu berkata, "Mungkin ia tidak sengaja." Bangsawan itu membantah. Sementara si lelaki itu diam saja seribu bahasa. Setelah mengajukan beberapa kemungkinan yang selalu dibantah oleh bangsawan itu, akhirnya hakim mengajukan pertanyaan kepada lelaki tukang kayu bakar itu. Namun, setiap kali hakim itu bertanya, ia tak menjawab sama sekali, ia tetap diam. Setelah beberapa pertanyaan yang tak dijawab berlalu, sang hakim akhirnya berkata pada bangsawan itu, "Mungkin orang ini bisu, sehingga dia tidak bisa memperingatkanmu ketika di pasar tadi."

Bangsawan itu agak geram mendengar perkataan hakim itu. Ia lalu berkata, "Tidak mungkin! Ia tidak bisu wahai hakim. Aku mendengarnya berteriak di pasar tadi. Tidak mungkin sekarang ia bisu!" dengan nada sedikit emosi. "Pokoknya saya tetap minta ganti," lanjutnya.

Dengan tenang sambil tersenyum, sang hakim berkata, "Kalau engkau mendengar teriakannya, mengapa engkau tidak minggir?" Jika ia sudah memperingatkan, berarti ia tidak bersalah. Anda yang kurang memperdulikan peringatannya."

Mendengar keputusan hakim itu, bangsawan itu hanya bisa diam dan bingung. Ia baru menyadari ucapannya ternyata menjadi bumerang baginya. Akhirnya ia pun pergi. Dan, lelaki tukang kayu bakar itu pun pergi. Ia selamat dari tuduhan dan tuntutan bangsawan itu dengan hanya diam.

Saudaraku,…
Dalam beberapa keadaan diam dapat menyelamatkan hidup Anda. Dim itu meletakkan semua kemauan terhadap nafsu manusia dalam posisi serendah-rendahnya. Sehingga manusia mampu mengendalikan diri dalam kewaspadaan yang terjaga. Kebaikan diam inilah menjadikannya sebagai karakter seorang muslim yang baik. Semoga kita diberikan kebaikan diam oleh Allah SWT. Tidak ada Dzat yang mampu menolong kita dalam banyak keadaan, kecuali Allah SWT yang Maha Kuasa.



No comments:

Post a Comment

DENDAM DAN KEKEJAMAN

Dendam membuat kita menjadi kejam. Hal ini dapat kita buktikan sendiri dengan melihat sendiri keadaan batin kita. Dendam melahirkan kebencia...