Thursday, August 27, 2015

CINTA KASIH ADALAH KEBENARAN

Saudaraku,…
Kita manusia tidak menyadari bahwa hidup pasti merupakan medan pertentangan antara susah dan senang, lebih banyak dukanya daripada sukanya, lebih banyak kecewanya daripada puasnya, karena tanpa kita sadari sendiri, kita memang telah mengikatkan diri dengan lingkaran setan yang berupa sebab akibat dan im-yang (atau dewi unsur), yang dapat juga disebut kebalikan-kebalikan. Kita selalu menghendaki yang satu tapi menolak yang lain, kita selalu mengejar kesenangan namun menghindari kesusahan, mencari-cari kepuasan menolak kekecewaan dan sebagainya.

Padahal, suka duka, senang susah, puas kecewa tidaklah pernah terpisah-pisah, seperti sebuah tangan yang mempunyai dua permukaan, yaitu telapak tangan dan punggung tangan. Mencari yang satu sudah pasti akan bertemu dengan yang lain. Sudah menjadi kebiasaan kita sejak kecil, menjadi suatu hal yang kita terima sebagai sudah semestinya dan seharusnya, yaitu bahwa di dalam segala gerak perbuatan kita, selalu didasari atas pamrih demi kepentingan, kepuasan, kesenangan diri pribadi. Dan setiap perbuatan yang didasari pamrih seperti itu adalah palsu, hanyalah suatu alat belaka untuk mencapai keinginan kita, dan perbuatan seperti itu, betapapun baik kelihatannya, sudah pasti menimbulkan konflik, pertentangan lahir dan batin. Mari kita tengok diri sendiri, mari kita perhatikan diri kita sendiri, bukan orang lain.

Kita lihat saja segala gerak tubuh, gerak pikiran, dan gerak mulut atau kata-kata kita. Tidakkah kesemuanya itu mengandung kepalsuan belaka? Sikap kita bersopan-santun kepada tamu misalnya, kalau kita mau memandang diri sendiri secara bebas, kita akan melihat bahwa kesopanan kita itu bukan timbul dari kasih atau keakraban, melainkan merupakan bentuk penjilatan karena tamu itu lebih tinggi atau lebih kaya atau lebih pintar, atau bentuk perendahan diri karena takut, dan sebagainya. Kalau kita melakukan sesuatu demi orang lain sekalipun, di situ tersembunyi pamrih, agar kita dipuja, agar kita menjadi orang baik, agar kita kelak menerima balas jasa. Tidak dapatkah kita hidup dengan wajar, apa adanya, tanpa segala kepalsuan ini? Tidak dapatkah kita melakukan segala macam gerak tanpa dasar kepentingan diri pribadi?

Hal ini hanya mungkin apabila terdapat CINTA KASIH di dalam diri kita! Dengan cinta kasih, segala apapun yang kita lakukan, yang kita pikirkan, yang kita ucapkan, adalah BENAR, karena CINTA KASIH adalah KEBENARAN. Tanpa cinta kasih, matahari akan kehilangan sinarnya, tumbuh-tumbuhan akan kehilangan warnanya, bunga-bunga akan kehilangan harumnya, dunia akan kehilangan keindahannya. Dengan adanya cinta kasih, kita tidak membutuhkan lagi kebahagiaan karena CINTA KASIH adalah KEBAHAGIAAN!

Namun sayang! Yang kita miliki bukanlah cinta kasih yang murni, yang suci, yang sejati, yang tidak ada kebalikannya, melainkan kita hanya mengenal cinta terhadap seseorang atau sesuatu benda hidup atau benda mati, suatu yang abstrak dan yang kita puja-puja. Cinta kasih macam ini sesungguhnya bukanlah cinta kasih, melainkan hanya alat untuk menyenangkan diri pribadi, untuk mencari kepuasan seksuil, kepuasan lahirlah, kepuasan hiburan, atau juga kepuasan batiniah yang seaungguhnya hanya morupakan harapan-harapan untuk masa depan belaka!

Tentu saja cinta kasih macam ini, yang sesungguhnya bukan cinta kasih melainkan nafsu-nafsu keinginan untuk kesenangan diri pribadi belaka, cinta kasih macam ini mengandung dwi unsur, yaitu senang dan susah, puas dan kecewa, dan karenanya mendatangkan pertentangan yang tiada habis-habisnya. Sebab dan akibat adalah suatu lingkaran setan yang tiada putus-putusnya, akibat dapat menjadi suatu sebab untuk akibat berikutnya, dan si sebab itupun dapat menjadi akibat dari sebab sebelumnya. Celakalah kita kalau mengikatkan diri terjebak dalam lingkaran setan ini. Sebab akibat berada di dalam tangan kita sendiri!

Kitalah yang menentukan apakah sebab akibat itu akan berlarut-larut ataukah akan habis sampai di situ saja! Kalau kita menghadapi setiap peristiwa dalam hidup kita dan menyelesaikannya setiap saat, setiap detik peristiwa itu timbul, dan menghabiskannya sampai di situ saja, tanpa mengingat yang lalu dan tanpa membayangkan masa depan, maka sebab akibat sebagai rantai akan pecah berantakan dan lenyap!

Saudaraku,…
Marilah kita belajar untuk mengenal diri sendiri, setiap saat, dengan memandang penuh kewaspadaan dan kesadaran terhadap diri sendiri, setiap saat pula, dengan perhatian sepenuhnya tercurah pada setiap gerak perbuatan, kata-kata dan pikiran kita sendiri tanpa campur tangan. Dengan perhatian setiap saat, perhatian sepenuhnya, yang timbul dari pengertian yang mendalam, maka pandang mata kita akan menembus sampai sedalamnya, pengertian kita akan bangkit dan kita akan bebas dari segala ikatan karena kita mengerti bagaimana bahayanya ikatan-ikatan itu, dan kebebasan diri dari segala ikatan memungkinkan kita mengenal apa artinya CINTA KASIH tadi. Bukan cinta kasih terhadap sesuatu, atau terhadap semua, yang ada hanya cinta kasih saja. Cinta terhadap seseorang, terhadap semua orang, terhadap alam, kemesraan, semua itu tidak terpisah-pisah dan sudah tercakup di dalamnya.



Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo





No comments:

Post a Comment

DENDAM DAN KEKEJAMAN

Dendam membuat kita menjadi kejam. Hal ini dapat kita buktikan sendiri dengan melihat sendiri keadaan batin kita. Dendam melahirkan kebencia...