Friday, April 18, 2014

BERBURU KEBAHAGIAAN


Saudaraku,…
Orang yang haus akan kebahagiaan adalah orang yang tidak berbahagia. Kenyataannya bahwa kita ingin berbahagia menunjukkan bahwa kita tidak berbahagia. Ini merupakan fakta. Nah, dalam keadaan tidak berbahagia, bagaimana mungkin dapat menemukan bahagia? Yang tidak berbahagia itu bukan lain adalah yang mendambakan kebahagiaan itu juga. Dalam keadaan sakit, bagaimana mungkin tubuh mendambakan kesehatan? Yang terpenting bukan mencari-cari kesehatan, melainkan menghilangkan penyebab sakit, apakah kita butuh akan kesehatan lagi. Demikian pula dengan kebahagiaan.

Yang terpenting adalah mengamati, mempelajari, dan meyakinkan mengapa kita tidak berbahagia! Kalau penyebab yang mendatangkan ketidakbahagiaan itu lenyap, apakah kita butuh lagi kepada kebahagiaan? Tentu saja tidak butuh! Orang yang tidak sakit tidak butuh kesehatan karena memang sudh sehat. Orang yang tidak ‘tak berbahagia’ tidak membutuhkan kebahagiaan lagi karena sesungguhnya dialah orang berbahagia! Seperti juga kesehatan, kita tidak pernah menyadari kebahagiaan. Kalau kita sehat, kita lupa bahwa kita sehat, kita tidak dapat menikmatinya.

Demikian pula kalau kita berbahagia, kita lupa atau tidak tahu bahwa kebahagiaan tak pernah meninggalkan kita. Kalau kita sakit, baru kita rindu kesehatan, kalau kita sengsara baru kita mendambakan kebahagiaan! Pada hal, kebahagiaan, seperti Tuhan dan kekuasaanNya, tidak pernah meninggalkan kita sedetikpun. Kitalah yang meninggalkan Dia!

Nafsu daya rendah telah mencengkeram kita lahir batin sehingga nafsu yang diikut-sertakan kepada kita dan yang semula dijadikan pembantu dan alat kita dalam kehidupan ini, berbalik memperalat kita sehingga kita diperhamba. Nafsu mencengkeram kita dan mendorong kita untuk selalu mengejar-ngejar keenakan dan kesenangan diri lahir batin. Hidup kita hanya diseret ke satu arah, satu arah mencapai tujuan, yaitu keenakan dan kesenangan!

Dan untuk mencapai tujuan ini, kita menghalalkan segala cara karena sudah lupa diri, lupa bahwa kita ini manusia, mahluk tersayang yang mendapat anugerah Tuhan secara berlimpah-limpah. Kita melupakan Tuhan, hanya menyebut nama Tuhan dalam mulut saja, itupun kita lakukan kalau kita sedang ditimpa kesengsaraan! Kesengsaraan yang menimpa diri kita karena akibat ulah kita sendiri, membuat kita ingat kepada Tuhan, ingat untuk minta tolong, untuk minta dibebaskan dari kesengsaraan! Dalam keadaan menderita, baru kita menjerit-jerit minta ampun kepada Tuhan!

Permintaan ampun seperti itu biasanya tidak ada gunanya, karena kita minta ampun dalam keadaan menderita, dengan satu tujuan terselubung, yaitu terlepas dari kesengsaraan! Permintaan ampun seperti itu hanya suatu cara untuk memperoleh keenakan dan kesenangan karena bebas dari derita. Kalau sudah terbebas dari derita, maka kitapun sudah lupa lagi kepada Tuhan! Itulah ulah nafsu yang sudah mencengkeram hati akal pikiran, sehingga apapun yang kita lakukan menuruti dorongan hati akal pikiran yang masih bergelimang nafsu yang selalu berpamrih demi kesenangan diri.

Saudaraku,…
Bebas dari cengkeraman nafsu berarti selalu berada dalam bimbingan kekuasaan Tuhan. Apapun yang kita lakukan merupakan suatu kebaktian kepadanya karena tidak ada saat di mana kita lupa kepadanya, seolah setiap denyut jantung, setiap gerakan, setiap hembusan napas merupakan pujian dan pujaan kepadanya.

Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo
Tulisan ini dikutip dari :

No comments:

Post a Comment

DENDAM DAN KEKEJAMAN

Dendam membuat kita menjadi kejam. Hal ini dapat kita buktikan sendiri dengan melihat sendiri keadaan batin kita. Dendam melahirkan kebencia...