Assalaamu’alaikum
warohmatuwloohi wabarokaatuh. Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan keselamatan
yang sempurna kepada junjungan kami Muhammad dan keluarganya serta
sahabat-sahabatnya, sebanyak hembusan nafas makhluk-Mu dan bilangan yang Engkau
ketahui. Karena kekuasaan-Mulah terlepas semua belenggu kesempitan kehidupan,
hilang kesusahan, terpenuhi segala kebutuhan, terjangkau segala yang
diinginkan, dan tercapai akhir kehidupan yang baik.
Saudaraku,…
Setiap
malam merupakan malam yang istimewa bagi manusia. Karena pada setiap malam
Allah, Pemilik Jagad ini, Pemberi Karunia kepada seluruh pengfhuni alam dan
seisinya, Pembebas dari segala derita, Penghibur duka, Pemberi segala
kesenangan, turun mengunjungi hamba-hamba-Nya yang mau melakukan shalat malam,
mengorbankan sedikit dari kesenangan tidur yang diberikan-Nya untuk kemudian Ia
jawab segala keinginan dan keluh kesahnya.
Bagi
siapa yang menghendaki kekayaan akan diberi-Nya kekayaan.
Bagi
siapa yang miskin, akan dikayakan. Yang kurang akan dicukupkan.
Bagi
siapa yang menghendaki kemuliaan, akan diberi-Nya kemuliaan.
Bagi
siapa yang menghendaki perubahan dan perbaikan hidup, akan diubah dan
diperbaiki kehidupannya untuk menjadi lebih baik lagi.
Bagi
siapa yang memiliki hutang akan dibayarkan hutangnya.
Bagi
siapa yang tersendat bisnisnya, akan dilancarkan.
Bagi
siapa yang belum bekerja akan diberi-Nya pekerjaan, atau bahkan mungkin usaha.
Bagi
siapa yang belum memiliki jodoh akan dicarikan-Nya jodoh yang bagus.
Bagi
siapa yang belum memiliki keturunan, akan diberi-Nya keturunan.
Bagi
siapa yang sakit, disembuhkan.
Bagi
siapa yang memiliki masalah, akan diringankan masalahnya, dicarikan jalan
keluar bagi kebuntuannya, dan dianugerahinya kemampuan di tengah ketidakmampuan
dan di tengah ketidakberdayaannya.
Itulah
sebagian kecil dari keutamaan bersepi-sepi dengan Allah, memanfaatkan waktu
malam; bangun tahajud, qiyamul lail.
Renungkanlah
firman Allah yang satu ini,
“Dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit.” (QS. Thaha : 124).
Siapapun
yang tidak menghendaki kesusahan, tidak menginginkan kesulitan di kehidupan
dunia ini, hendaknya selalu berbuat baik, dan lebih baik tidak mencoba hal yang
buruk-buruk.
Saudaraku,…
Rasakan
betul kebenaran firman Allah pada ayat 124 Surat Thaha di atas, bahwa siapa
saja yang berpaling dari Allah, lupa akan keberadaan-Nya, lupa akan
kehadiran-Nya, lupa akan adanya Dia, Pemilik dan Pengatur Kehidupan ini, maka
baginya kehidupan yang sempit.
Seringkali
ditemukan, seseorang yang semula mampu memperkaya dirinya, lalu hanya karena dia
memperkaya dirinya dengan cara-cara yang tidak berkah, kehidupannya seperti
dihempas badai. Sebentar kayanya, tapi lama susahnya. Sebentar senangnya, tapi
lama menderitanya. Sungguh, hamya karena Allah Maha Pengampun saja yang membuat
banyak pelaku kezaliman masih sempat tertawa.
Atau
jangankan memperkaya diri sendiri dengan cara-cara yang batil, yang jelas-jelas
salah, terhadap memperkaya diri sendiri dengan cara yang halal pun, tetapi lupa
berbagi, maka orang-orang ini seperti menunggu waktu saja. Yakni menunggu
banyak kenikmatan yang semula ia nikmati lalu dicabut oleh Allah. Katakanlah ia
kaya, lalu kekayaannya itu membawa kepada kesibukan tiada henti. Sehingga, ia
sendiri tidak sadar bahwa ia sebenarnya tidak menikmati kekayaannya, melainkan
sedang diperbudak. Katakanlah juga ia kaya, tapi diberi Allah penyakit ini
penyakit itu, sehingga tiada terasa nikmatnya berharta banyak. Lalu buat apa
kaya, bila selalu sakit? Buat apa kaya, kalau fisik selalu menderita? Atau
sebutlah juga, seseorang yang berpenghasilan tinggi, tetapi apa daya, Allah
‘anugerahi’ dia dengan beban hidup yang juga lebih tinggi dari penghasilannya
yang tinggi. Semuanya mudah bagi Allah.
Renungkanlah
firman Allah berikut ini,
“Apakah ada salah seorang di antaramu
yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian
datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih
kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu
terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya
kamu memikirkannya.” [QS. Al Baqarah : 266]
Inilah
gambaran Allah terhadap orang-orang yang sukses menggenggam dunia, tapi rapuh.
Masa sekarang dilaluinya dengan penuh kegemilangan yang semu, kejayaan yang
berujung pada keterpurukan, kemuliaan yanmg berujung pada kehinaan. Diantara
sebab yang paling utama adalah lupa diri, atau kufur nikmat.
Perhatikanlah
hadits Rasulullah Muhammad Saw berikut ini,
“Jika Engkau melihat Allah sedang
memberikan kepada seseorang, sesuatu dari dunia yang ia sukai, sedang ia masih
saja tenggelam dalam kemaksiatannya, maka ketahuilah itulah yang dinamakan
istidraj [penguluran waktu untuk kemudian dibinasakan secara perlahan-lahan dan
biasanya lebih menyakitkan].” [HR. Ath-Thusi].
Demikianlah
sekiranya sedikit jawaban atas pertanyaan, mengapa banyak orang yang ketika
melakukan kemaksiatan, justru ia cenderung masih dikatakan senang [tidak
susah]. Karena boleh jadi itulah istidraj
dari Allah, penguluran waktu. Kelak di ujung kehidupannya, entah itu bulan
depan, tahun depan, di usia tua, atau malah di alam kubur dan di negeri akhir
nanti, ia mendapat kesusahan yang sangat.
Allah
SWT berfirman, “Dan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur
(ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.
Dan Aku memberi
tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.” [QS. Al-A’raaf : 182
- 183]
Syahdan,
ada seorang yang selama lima tahun mengumpulkan harta haram. Terkumpullah uang
haram sekitar Rp 240 juta. Suatu saat ia merasa perlu untuk menikmati uang
tersebut [yang sesungguhnya bukan uangnya]. Ia berniat membelikan mobil baru
Marcedes Benz C200 2nd, seharga 200 juta. Pada hari akan dibeli
kendaraan tersebut, datanglah ketetapan Allah, bahwa kesia-siaan yang ada
baginya. Satu hal yang mau dicatat, bila Allah sudah menghendaki sesuatu,
pastilah sesuatu itu akan terjadi. Pada saat akan membayar mobil tersebut, agar
aman, dipilihlah transaksi antar bank. Sepertinya kejadiannya serba kebetulan;
bank saat itu sedang offline. Karena offline, ia tidak bisa melakukan transaksi
antarbank untuk melakukan pembayaran mobilnya. Karena tidak sabar, ia memilih
menarik uang kotan. Dibawalah uang 200 juta itu, tunai, ke showroom tempat ia
akan membeli mobil tersebut. Belum sampai di showroom, ia dirampok spesialis
perampok nasabah bank. Uang Rp 200 juta dirampok. Dan sudah begitu, ia masih
juga kena tembak di bagian kakinya
karena mencoba melawan.
Dan
orang tersebut pun menangis. Uang itu akhirnya dinikmati orang lain, padahal
dia yang bela-belain ngumpulin uang tersebut [meski dengan cara yang haram].
Ketika sudah waktunya ia putuskan untuk ia nikmati, ia malah tidak mendapatkan
apa-apa. Diceritakan tadi, meski ia berhasil mengumpulkan Rp 240 juta, tapi
yang Rp 200 juta akhirnya melayang dirampok. Tersisa Rp 40 juta. Tapi uang ini pun ia masih
harus pakai untuk biaya rumah sakit sebab kakinya ditembak perampok. Walhasil,
sebenarnya ia tekor, alias rugi. Sudah hilang uang, pun celaka ia dapatkan.
Begitulah,
sebagaimana kalau Allah sudah bukakan pintu rezeki, Dia akan carikan
jalan-jalan rezeki bagi kita, begitu pulalah bila Allah sudah berkehendak untuk
mencabut. Dia akan menggiring kita kepada pintu-pintu kebinasaan.
Saya
hadirkan lagi contoh lain dari kehidupan nyata, sebagai contoh kesia-siaan dari
akibat perbuatan buruk. Ceritanya, ada sepasang kekasih yang memadu kasih.
Suatu hari mereka ubah rasa kasih sayang diantara mereka menjadi nafsu.
Disangkanya kenikmatan, ternyata akhirnya neraka yang ada buat keduanya. Hamil
di luar nikah, sebagai akibat perbuatan buruk, tentu saja menjadi hal yang
tidak dikehendaki. Apalagi kadang suatu perbuatan buruk melahirkan
lagi=perbuatan-perbuatan buruk yang lain. Sudah hamil, mereka pun menjadi
pasangan muda yang membunuh jabang bayinya sendiri dengan jalan aborsi.
Bertambah-tambah dosa mereka; berzina dan juga membunuh.
***
Saudaraku,…
Percuma
pencarian solusi bagi setiap masalah yang kita hadapi, bila Allah Yang Maha
Mengatur belum berkehendak memberikan jalan keluar bagi kita. Sehingga
banyaklah ditemukan orang-orang yang berhutang, tetapi tiada kunjung terbayar
hutangnya; sakit, tetapi tiada kunjung memperoleh kesembuhan. Atau seseorang
yang tidak bangun-bangun bisnisnya setelah dihempas kebangkrutan. Untuk
orang-orang seperti ini, bolehlah ia khawatir. Bahwa sesungguhnya kehidupannya
sedang digelapkan oleh Allah. Jadi sepertinya jalan keluar bagi setiap
permasalahannya seperti ada hijabnya, ada dinding yang menghalanginya.
Penting
bagi orang-orang yang sedang mencari jalan keluar bagi setiap masalahnya untuk
menghadirkan dulu Allah di dalam setiap kesulitannya. Jalannya bisa ditempuh
melalui beberapa hal. Yang pertama, menghentikan perbuatan buruk (bertaubat)
seraya memohon ampun dulu kepada-Nya, serta memuhasabahkan diri di hadapan
Allah atas kemungkinan adanya dosa dan kemaksdiatan yang dilakukan yang
menyebabkan tidak adanya perlindungan dan pertolongan Allah.
Kedua,
kembali mengimani Allah. Mengimani Allah berarti juga percaya bahwa rezeki ada
di tangan Allah; jadi tidak perlu memaksakan diri mencari rezeki haram, lewat
jalan-jalan haram. Mengimani Allah berarti juga percaya segala sesuatu Allah
yang atur. Sehingga, yang perlu dilakukan oleh kita adalah memohon agar diatur
sebaik-baiknya, dengan cara menjalasni kehidupan ini dengan baik.
Ketiga,
melangkah dengan langkah orang-orang yang baik, dan menjauhkan keburukan demi
keburukan, utamanya keburukan yang baru, jangan lagi dibuat. Supaya yang berat
diringankan Allah, yang sulit dimudahkan Allah, yang susah dimudahkan Allah,
dan yang buntu dicarikan jalan keluar oleh Allah.
Demikianlah
tiga cara yang disebut Allah, bila kita menghendaki perubahan atau perbaikan
hidup.
Ya
Allah, limpahkanlah shalawat dan keselamatan yang sempurna kepada junjungan
kami Muhammad dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya, sebanyak hembusan nafas
makhluk-Mu dan bilangan yang Engkau ketahui. Karena kekuasaan-Mulah terlepas
semua belenggu kesempitan kehidupan, hilang kesusahan, terpenuhi segala
kebutuhan, terjangkau segala yang diinginkan, dan tercapai akhir kehidupan yang
baik.
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.