Saudaraku,…
Salah satu
penyakit hati yang harus selalu diwaspadai manusia adalah kedengkian. Penyakit hati
ini benar-benar memiliki dampak buruk yang sangat luar biasa. Jika Anda saat
ini sedang memelihara kedengkian di hati kepada kebahagiaan saudara Anda,
sungguh Anda berada dalam kerugian yang sangat banyak.
Ingatlah
saudaraku, seluruh manusia di dunia ini pada hakekatnya adalah bersaudara. Karena
itulah jika saudara Anda memperoleh kesenangan dari Allah SWT, janganlah Anda
menyimpan kedengkian kepadanya. Bersyukurlah kepada Allah karena kesenangan dan
kebahagiaan yang diberikan Allah SWT kepada Anda maupun saudara-saudara Anda.
Jika Anda memiliki kedengkian kepada orang lain, sungguh Anda bukanlah
golongannya orang-orang yang bersyukur. Orang-orang yang memelihara kedengkian
di dalam hatinya selalu berharap jika kesenangan dan kebahagiaan hanya miliknya
seorang saja. Dan ini bukanlah bagian dari keindahan Islam, saudaraku!
Seorang muslim
itu sangat pandai bersyukur, baik terhadap nikmat yang ia terima sendiri maupun
nikmat yang diterima saudaranya. Ingatlah saudaraku, kegembiraan yang kita
terima maupun yang diterima saudara kita pada hari ini merupakan pemberian
Allah yang sudah ditetapkan bagi semua makhluk-Nya. Dan jika saudara Anda
memperoleh kebahagiaan dan kesenangan lebih besar daripada kebahagiaan yang Anda
terima, janganlah hal ini menyebabkan Anda menyimpan kedengkian di hati.
Banyak hal yang
menyebabkan terjadinya kesenjangan rejeki (kesenangan dan kebahagiaan) diantara
makhluk Allah. Bisa jadi karena saudara Anda senang sekali bershadaqah kepada
fakir dan miskin, sehingga Allah tidak sungkan mempercayakan kekayaan-Nya lebih
banyak lagi. Dan bisa jadi pula karena kelalaian Anda menjaga kekayaan yang
diberikan Allah dalam kebaikan, sehingga Allah pun mengambil sebagian kekayaan tersebut
untuk dipercayakan kepada hamba-Nya yang terpercaya.
Karena itulah
selayaknya seorang muslim menerima ketetapan Allah tersebut dengan iman yang
benar. Allah SWT sungguh Dzat Yang Maha Adil. Tanamkanlah hal ini kuat-kuat di
dalam hati dan pikiran Anda, sehingga tidak akan timbul kedengkian ketika
saudara Anda memperoleh kebahagiaan dari Allah SWT.
Imam Ahmad
meriwayatkan dari Anas bin Malik ra., dia berkata, "Saat kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Saw, beliau
berkata, 'Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni
surga'. Tiba-tiba ada seorang laki-laki dari kaum Anshar yang datang dengan
bekas air wudhu masih mengalir di jenggotnya, dan tangan kirinya memegang
terompahnya."
"Keesokan hari Rasulullah Saw mengatakan seperti
perkataannya yang kemarin. Lalu muncullah laki-laki itu lagi, persis seperti
kedatangannya pertama kali. Di hari ketiga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam berkata demikian lagi, dan kembali yang datang adalah laki-laki itu lagi
persis kejadian pertama. Setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
beranjak, Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash membuntuti laki-laki itu sampai ke
rumahnya. Lalu Abdullah berkata kepadanya, 'Aku telah bertengkar dengan ayahku,
kemudian aku bersumpah untuk tidak mendatanginya selama tiga hari. Bila kau
mengizinkan, aku ingin tinggal bersamamu selama tiga hari'. Dia menjawab, 'Ya,
boleh'."
Anas berkata, "Abdullah menceritakan bahwa ia telah
menginap di tempat laki-laki itu selama tiga hari. Dia melihat orang itu sama
sekali tidak bangun malam (tahajjud). Hanya saja, setiap kali dia terjaga dan
menggeliat di atas ranjangnya, dia selalu membaca zikir dan takbir sampai ia
bangun untuk salat subuh. Selain itu dia tidak pernah mendengarnya berbicara
kecuali yang baik-baik."
"Setelah tiga malam berlalu dan hampir saja aku
menyepelekan amalnya, aku terusik untuk bertanya, 'Wahai hamba Allah,
sesungguhnya tidak pernah terjadi pertengkaran dan tak saling menyapa antara
aku dan ayahku, aku hanya mendengar Rasulullah Saw berkata tentang dirimu tiga
kali, bahwa akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni
surga, dan sebanyak tiga kali itu kaulah yang datang. Maka, aku pun ingin
bersamamu agar aku bisa melihat apakah amalanmu itu dan nanti akan aku tiru.
Tetapi, ternyata kau tidak terlalu banyak beramal. Apakah sebenarnya yang
membuatmu bisa mencapai apa yang disabdakan Rasulullah Saw.’ Maka dia menjawab,
'Aku tidak mempunyai amal kecuali yang telah engkau lihat sendiri'.
"Ketika aku hendak pulang, dia memanggilku, lalu
berkata, 'Benar amalku hanya yang kau lihat, hanya saja aku tidak mendapati
pada diriku sifat curang terhadap seorang pun dari kaum muslimin. Aku juga
tidak iri pada seseorang atas karunia yang telah diberikan Allah Subhaanahu wa
Ta'ala kepadanya'. Maka Abdullah bin 'Amr berkata, 'Inilah amal yang telah
mengangkatmu pada derajat yang tinggi dan inilah yang berat kami
lakukan'."
Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang
lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa : 32)
Saudaraku,…
Allah tidak
menyukai dan melarang kita memelihara kedengkian kepada orang lain. Ini
bukanlah watak dan karakter seorang muslim. Percayalah saudaraku, jika Anda
benar-benar beriman kepada Allah dan kekasih-Nya Muhammad Saw, Anda tidak akan
menyimpan kedengkian kepada siapapun juga. Dan jika jalan kehidupan Anda jauh
dari sifat buruk ini, maka kemudahan dan kebahagiaan akan diberikan Allah
kepada Anda dalam jumlah yang sangat banyak.
No comments:
Post a Comment