Saudaraku,..
Dalam sebuah riwayat diceritakan Ali
bin al-Husain memiliki hamba sahaya perempuan. Suatu hari sang budak menuangkan
air wudhu untuknya. Tanpa disengaja, ceret, tempat air wudhu, jatuh menimba
wajah Ali hingga terluka. Ali Zainal Abidin dengan marah menatap wajah sang
budak. Merasa bersalah sang budak berkata, (mengutip surah Ali Imran ayat 134
yang menyebutkan kriteria orang bertakwa), "Sesungguhnya Allah
berfirman, 'Wal kaazimiinal ghaidl,' (Dan orang yang menahan amarahnya)."
Ali menjawab, "Aku telah menahan
amarahku." Hamba sahaya berkata lagi, "Wal 'aafiina 'anin
nas" (Dan orang-orang yang memberikan maafnya). Ali menimpali,
"Semoga Allah memaafkan kamu." Ia berkata lagi, "Wallahu
yuhibbul muhsiniin" (Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat
kebajikan). Ali membalas, "Engkau telah kubebaskan karena Allah Azza
wa Jalla."
Subhanallah! Sungguh sebuah sikap
yang mengagumkan. Amarah yang berhenti dalam sekejab karena dibacakan ayat,
disusul pemberiaan maaf, bahkan pembebasan budak karena dorongan berbuat ihsan.
Tercermin sebuah kematangan emosi, pengagungan akan ayat Allah, dan sikap
memilih dan melakukan yang terbaik (ahsanahu).
Itulah sikap seorang muslim yang
sesungguhnya. Karena, Islam dibangun di atas tiga pilar: Islam, iman, dan
ihsan. "Tadi adalah Malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk
mengajarkan persoalan din kepada kalian." Itulah jawaban Rasulullah
ketika malaikat datang dan bertanya perihal Islam, iman dan ihsan. Jadi, dinul
Islam dibangun di atas ketiganya.
Perbuatan ihsan itu banyak bentuk
dan ragamnya. Ihsan dalam hal ibadah, seperti jawaban Rasulullah saw. kepada
Jibril, "Ihsan adalah hendaklah engkau beribadah kepada Allah seperti
engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia
melihatmu." (HR Muslim). Ihsan dalam ibadah adalah adanya rasa selalu
diawasi Allah Taala ketika menunaikannya, seolah ia melihat Allah, atau minimal
merasakan bahwa Allah melihatnya. Untuk itu, harus dilakukan dengan
menyempurnakan syarat, rukun, sunah dan tata-caranya. Karena, ibadah tidak akan
dilihat oleh Allah jika menyelisihi tata-cara yang disyariatkan. Demikian
ditulis oleh Abu Bakar al-Jazairi dalam Minhajul Muslim. Beliau juga
menilis bentuk-bentuk berbuat ihsan dalam bidang muamalah, misalnya dengan
berbuat baik kepada orang tua, sanak keluarga, anak yatim, orang miskin,
musafir, pembantu, manusia secara umum dan hewan, seperti tersebut dibawah ini.
Berbuat baik kepada orang tua bisa
dengan menaatinya, memberikan kebaikan kepada keduanya, tidak menyakiti
keduanya, mendoakan keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, melaksanakan
wasiat-wasiat keduanya dan menghormati teman-teman keduanya.
Berbuat baik kepada sanak keluarga
misalnya dengan menyayangi mereka, lemah lembut terhadap mereka, mengerjakan
perbuatan baik bersama mereka, tidak melakukan tindakan-tindakan yang
menyusahkan mereka dan tidak menjelek-jelakkan ucapan mereka.
Berbuat baik kepada anak yatim ialah
dengan menjaga harta mereka, melindungi hak-hak mereka, mendidik mereka,
membina mereka, tidak menyakiti mereka, tidak memaksa mereka, ceria di depan
mereka, dan mengusap kepala mereka.
Berbuat baik kepada orang-orang
miskin adalah dengan menghilangkan kelaparan mereka, menutup aurat mereka,
menganjurkan manusia memberi makan kepada mereka, tidak mencaci kehormatan
mereka, tidak menghina mereka, dan tidak menimpakan kesusahan kepada mereka.
Berbuat baik kepada musafir ialah
dengan memenuhi kebutuhannya, menutup aibnya, menjaga hartanya, melindungi
kemuliannya, memberinya petunjuk jika ia meminta petunjuk, dan menunjukkannya
jika tersesat.
Berbuat baik kepada pembantu adalah
dengan menggajinya sebelum keringatnya kering, tidak menyuruhnya mengerjakan
pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan, menjaga kemuliaannya, dan menghormati
kepribadiannya. Jika pembantu tersebut menetap di rumah yang dibantu, baginya
memberi makan seperti yang ia makan, memberi pakaian seperti yang ia kenakan.
Berbuat baik kepada manusia secara
umum antara lain dengan berkata lembut kepada mereka, mempergauli mereka dengan
pergaulan yang baik setelah sebelumnya menyuruh mereka kepada kebaikan,
melarang mereka dari kemungkaran, memberi petunjuk kepada orang yang tersesat
di antara mereka, mengajari orang jahil di antara mereka, mengakui hak-hak
mereka, tidak mengganggu mereka dengan mengerjakan tindakan yang membahayakan
mereka dan lain sebagainya.
Berbuat baik kepada hewan adalah
dengan memberinya makan jika lapar, mengobatinya jika sakit, tidak membebani
dengan muatan yang tidak mampu ditanggungnya, lemah lembut terhadapnya jika
bekerja, dan mengistirahatkannya jika lelah.
Demikian saudaraku, bentuk-bentuk kebaikan. Semoga kita
tergolong dalam barisan muhsinin yang dicintai Allah. Wallahu a'lam bish shawab.