Friday, April 24, 2015

BELAJAR MEYEMPURNAKAN



“Saya ini punya tagihan. Pertengahan bulan besok. Tapi ada yang harus saya bayar awal bulan besok juga. Duluan orang nagih ke saya, daripada tagihan saya...”

Begitu kata si Fulan.

Kalimat ini ubah saja, jadi: “Alhamdulillaah, saya punya tagihan. Pertengahan bulan besok. Mudah-mudahan ga ada halangan.”

Meskipun kalimat “pahit” menyedak-nyedak, pengen keluar dari hati, pikiran, lisan. Tapi tahan saja. Biar aja. Jangan keluar kenyataan yang itu. Cukup bilang “separuh” yang baik saja. Alihkan pikiran, buang pikiran, ajak pikiran, hanya berpikir yang positif.

Kalo emang harus bilang ke diri sendiri, bahwa punya tagihan, lebih baik katakan, “Saya awal bulan ada yang harus saya bayar, insya Allah dah. Allah bakal menolong.” Begitu saja.

Belajarlah terus menyempurnakan. Jangan pake setengah-setengah. Harus POL. POL jadi the winner nya. Jangan sampe ada unsur the losernya.

“Saya ini cantik.”

Cukup begitu.

Jangan “Saya ini cantik, sayang saya kurang tinggi.”

Kurang tingginya, ga usah dibawa.

“Saya ini gesit, walo saya pendek.”

Walo saya pendeknya, ga usah dibawa. cukup katakan: Saya ini gesit, alhamdulillaah.

“I’m not the best, but I will do the best.”

Sepintas kalimat itu kayak ga ada masalah. Tapi buat saya, itu masalah. Ngapain juga ngasih tahu kita bukan the best. Ga perlu. Bilang saja: I will do the best, insya Allah. Cukup. Segitu saja. Kenyataan bahwa I’m not the best, ga usah diberitahu.
“Indonesia kalah 2-1 dari ....”

Saya ga suka.

Saya lebih suka: “Indonesia berhasil menyarangkan 1 gol ke lawan.”

Sudah. Itu saja. Kenyataan bahwa kemasukan 2 ga usah diucapkan.

“Tidak gampang mencari 11 pemain handal untuk tim nasional.”

Nah, kalimat itu juga saya ga suka. Saya lebih suka: “Insya Allah di Indonesia banyak pemain handal. Apalagi hanya nyari 11 orang. Insya Allah.”

Jika positif, maka semua akan mengarah kepada kepositifan.

“Saya tahu, lawan saya bakal berat. Tapi kami akan berjuang.”

Wuah, ga usah begitu ngomongnya. Dipotong saja. “Kami akan berjuang menghadapi turnamen ini. Doakan ya. Kami yakin kami akan menang. Lawan kami bukan lawan berat.”

Dari awal, jangan ngajarin lawan ini lawan berat. Bahaya buat pikiran. Ntar sebelum bertarung, udah kayak ngelawan raksasa. Rileks saja.

“Indonesia memasuki saat-saat sulit. Saya meminta bangsa Indonesia untuk prihatin, untuk tetap semangat...”

Ini juga saya ga suka. Saya lebih suka mengajak rakyat menyongsong saja masa depan. Sempurnakan kalimatnya. Full positif. “Indonesia akan mampu menjadi negara besar, negara yang maju. Ga akan ada kesulitan berarti untuk bangsa besar seperti Indonesia. Terus semangat...!!!”

Gitu lebih baik.

“Alhamdulillah, biar kecil, tapi rumah ini cukup untuk kami...”

Potong saja.

Ya, potong saja kalimatnya.

Cukup: “Rumah ini alhamdulillaah cukup bagi kami.”

Saya senang ada guru yang jika nanya murid, lalu muridnya salah, dia mengatakan, “Nilai kamu 9.”

He he he, salah pun tetap dinilai 9. Kenapa? Sebab muridnya udah mau jawab. Dan udah mau jawab, mahal. Muridnya udah mau maju. 9 itu untuk majunya, untuk jawabnya. Bukan karena dia benar atau salah.

Keren.

Coba latihan ya. Latihan memakai kalimat yang positif.

Saya ada buku bagus sekali, insya Allah. Buku yang berjudul: berpikir besar, bertindak besar, berbuat besar, ala Yusuf Mansur. He he he, ada ala Yusuf Mansurnya. Untuk membedakan dengan penulis-penulis yang ga pake Tuhan, ga pake Allah. Coba cari itu buku. Menyenangkan. Juga buku Kun Fayakuun.



Artikel ini ditulis oleh :
KH. YUSUF MANSUR

No comments:

Post a Comment

DENDAM DAN KEKEJAMAN

Dendam membuat kita menjadi kejam. Hal ini dapat kita buktikan sendiri dengan melihat sendiri keadaan batin kita. Dendam melahirkan kebencia...