Thursday, October 16, 2014

TUJUH CIRI ANAK DURHAKA




Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuhu. Allahumma shalli shalatan kamilatan wasallim salaaman taamman ‘alaa sayyidina Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu watanfariju bihil kurobu watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihir raghaa-ibu wahusnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihii washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’aadadi kulli ma’luumil laka.

Saudaraku,…
Berikut ini adalah tujuh cirri-ciri anak yang durhaka kepada orang tuanya.

Pertama, mengatakan “ah” kepada orang tua dan mengeraskan suara di hadapan mereka ketika berselisih dan juga tidak memberikan nafkah kepada orang tua bila mereka membutuhkan.

Kedua, tidak melayani mereka dan berpaling darinya,lebih durhaka lagi bila menyuruh orang tua melayani dirinya dan mengumpat kedua orang tuanya di depan orang banyak dan menyebut-nyebut kekurangannya.

Ketiga, menajamkan tatapan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka berdua karena suatu hal.


Keempat, membuat kedua orang tua bersedih dengan melakukan sesuatu hal,meskipun sang anak berhak untuk melakukannya tapi ingat,hak kedua orang tua atas diri si anak lebih besar daripada hak si anak.

Kelima, malu mengakui kedua orang tuanya di hadapan orang banyak karena keadaan kedua orang tuanya yang miskin, berpenampilan kampungan,tidak berilmu,cacat atau alasan lainnya.

Keenam, tidak mau berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya.

Ketujuh, duduk mendahului orang tuanya dan berbicara tanpa meminta izin saat memimpin majelis dimana orang tuanya hadir di majelis itu,ini sikap sombong dan takabur yang membuat orang tua terlecehkan dan marah.


"Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka." (QS. Al-Israa' [17] : 23)

Semoga ALLAH memberikan kita anak sholeh dan sholeha, berbakti kepada orang tua dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Aamiin.

Ya ALLAH, ampuni kami semua beserta orang-orang yang mengucapkan 'Aamiin' di kolom komentar maupun yang tidak mengucapkannya, jikalau kami telah durhaka kepada kedua orang tua kami. Aamiin

Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin. Allahumma shalli shalatan kamilatan wasallim salaaman taamman ‘alaa sayyidina Muhammadinilladzii tanhallu bihil ‘uqodu watanfariju bihil kurobu watuqdhaa bihil hawaa-iju watunaalu bihir raghaa-ibu wahusnul khawaatimi wayustasqal ghamaamu biwajhihil kariimi wa ‘alaa aalihii washahbihii fii kulli lamhatin wanafasim bi’aadadi kulli ma’luumil laka. Wassalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuhu.



INFO SHADAQAH
 
Saya mengajak Anda untuk mendukung pembibitan Penghafal Al-Qur’an yang digagas oleh Ustadz Yusuf Mansur  dan Pondok Pesantren Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an.

Silahkan sampaikan donasi nya di rekening Sbb :
Atas nama Yayasan Daarul Qur’an Nusantara

Bank
Syariah Mandiri         : A/C. 074 006 5000
BCA                                        : A/C. 603 030 8041
Bank Muamalat                   : A/C. 303 003 3615
Bank Mandiri                        : A/C. 128 000 509 2975
Bank Bukopin Syariah        : A/C. 880 0420 017
Bank Mega Syariah            : A/C. 100 000 6822
Bank BNI Syariah                : A/C. 1699 1699 6
Bank DKI Syariah                : A/C. 701 700 9003
Bank Permata Syariah       : A/C. 97 1010 606
Bank Danamon Syariah    : A/C. 731 34 769
BRI                                         : A/C. 0523 01 0000 34 30 4

Konfirmasikan sedekah Anda melalui sms ke :
081519002828. Untuk konfirmasi sedekah Anda, ketik : Konfirmasi/Nama/Via Bank/Nominal Sedekah/Tanggal Transfer/Nomor Resi/Keterangan Donasi (infak/sedekah/wakaf). Hajat. Lalu kirinkan ke alamat HP tersebut di atas.
 
Semoga para donator dilipatgandakan pahalanya dan disegerakan dengan rizki berlimpah berkah penuh kebaikan. Amin.


Informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi link ini:
http://www.pppa.co.id

Sunday, October 12, 2014

ASAL MULA KEBENCIAN


Saudaraku,…
Dari manakah timbulnya kebencian? Kalau kita semua membuka mata memandang, akan nampak jelas bahwa benci timbul karena si aku merasa dirugikan, baik dirugikan secara lahiriah, misalnya dirugikan uang, kedudukan nama dan sebagainya, maupun dirugikan secara batiniah, seperti dihina, dibikin malu dan sebagainya. Karena merasa dirugikan, maka timbullah kemarahan yang melahirkan kebencian.

Kebencian ini seperti racun menggerogoti batin kita, menuntut adanya pembalasan, ingin mencelakakan orang yang kita benci, menimbulkan perasaan sadis yang dapat dipuaskan oleh penderitaan dia yang kita benci sehingga tidak jarang mendatangkan perbuatan-perbuatan kejam yang kita lakukan terhadap orang yang kita benci demi untuk memuaskan dendam!

Kebencian ini dipupuk oleh pikiran yang bekerja dan yang sibuk terus, mengoceh, menilai, mendorong, menarik, mengendalikan. Kadang-kadang pikiran membenarkan kebencian dengan berbagai dalih, kadang-kadang pula menyalahkan. Terjadilah konflik batin ini memboroskan energi batin. Pemborosan energi batin ini memupuk dan memberi kelangsungan kepada kebencian itu, karena pikiran bekerja terus mengingat-ingat dan meng hidupkan segala hal yang terjadi, yang merugikan kita dan mendatangkan kebencian itu. Padahal kebencian itu adalah aku sendiri, kebencian adalah pikiran itulah! Pikiran menciptakan aku dan karena aku dirugikan, timbullah benci. Jadi benci dan aku tidaklah terpisah.

Kalau pikiran tidak bekerja untuk menilai, kalau yang ada hanya Pengamatan terhadap kebencian itu, berarti pikiran menjadi hening, pengamatan tanpa penilaian terhadap kebencian, maka kebencian akan kehilangan daya gerak, akan kehilangan pupuk, kehilangan kelangsungan yang dihidupkan oleh pikiran yang menilai-nilai. Dan kalau sudah begitu, maka kemarahan, kebencian akan lenyap dengan sendirinya, seperti api yang kehabisan bahan bakar. Pikiran yang mengingat-ingat dan menilai-nilai itulah merupakan bahan bakar. Baik kebencian itu merupakan kebencian perorangan, kebencian demi suku, demi bangsa, dan sebagainya, pada hake katnya adalah sama, karena di situ tentu terkandung si aku yang merasa dirugikan. Si aku dapat berkembang menjadi sukuku, bangsaku, agamaku, keluargaku, dan selanjutnya.



Tulisan ini disarikan dari :
Cerita silat karya ASMARAMAN S / KHO PING HOO



MEMBANGUN PONDASI AGAMA

Saudaraku,…
Secara etimologi akidah berasal dari kata ’aqd yang berarti pengikatan. Akidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan, “Dia mempunyai akidah yang benar,” berarti akidahnya bebas dari keraguan. Akidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Adapun makna akidah secara syara’ yaitu, iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan kepada hari akhir, serta kepada qadar yang baik maupun yang buruk. Kita menyebutnya sebagai Rukun Iman. 

Akidah yang benar adalah fundamen bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Bagi anda yang menganggap sepele masalah akidah ini, berhati-hatilah menjaga agama anda. Menjalani kehidupan di dunia ini bukan hanya perkara sulit untuk memperoleh materi duniawi, tapi juga perjuangan yang tidak mudah untuk menegakkan agama yang anda yakini kebenarannya. Keyakinannya terhadap Allah dan kebenaran Islam akan bersentuhan dengan keyakinan lain yang ditimbulkan oleh keruwetan dunia dan godaan-godaan menggiurkan yang akan mengikutinya. Ketika interaksi akidah anda dengan keruwetan dunia semakin meninggi, maka akidah tersebut akan mengalami seranagn yang luar biasa hebat. Dan situlah kemudian akidah anda akan menunjukkan perannya. Apakah bangunan agama anda akan terhempas layaknya bangunan rapuh yang dihempaskan angin puyuh  ? Atau sebaliknya, bangunan agama yang anda pelihara, tetap berdiri kokoh tanpa mengalami kerusakan pada setiap sisi dindingnya. Karena itulah, jadikanlah akidah anda sebagai pondasi yang kuat bagi bangunan agama yang anda yakini kebenarannya.

Dan bagian kecil dari usaha Anda untuk memperkuat pondasi tersebut adalah membersihkan akidah anda kepada sesuatu selain Allah SWT. Kalau sekali saja anda memiliki kecenderungan yang berlebihan kepada segala sesuatu selain Allah, maka itulah kelalaian anda yang paling besar. Sesungguhnya Islam tidak bisa dibangun dengan pondasi seperti itu. Kekuatan bangunan Islam dimulai dengan pondasi akidah yang mengikat seluruh pikiran dan segala gerak tubuh kepada allah SWT. Tidak ada yang lain. Bangunan Islam tidak akan bisa ditegakkan ketika sekejap saja hati kita berpaling sesuatu yang fana, betapapun itu menyenangkan hati kita.

Saudaraku,…

Allah SWT  berfirman, "Maka, sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allahlah agama yang bersih (dari syirik)." (QS. Az-Zumar : 2-3).

Karena itulah yang menjadi perhatian kita pertama kali adalah menjernihkan segala bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT dan kekasih-Nya Muhammad Saw dari segala penyimpangan dan pengingkaran. Dan itulah yang dilakukan oleh Rasulullah saw ketika mengabarkan tentang kebenaran Islam kepada masyarakatnya. Baru kemudian setelah pondasi akidah sudah tertanam kuat dalam hati, pendidikan mengenai amal perbuatan baik maupun amal perbuatan buruk dapat kembali dilanjutkan.
                                                                          
Seorang muslim sekali lagi dituntut untuk membuat pondasi keislamannya menjadi pondasi paling kuat yang pernah ia kenal maupun yang dikenal orang lain sebelumnya. Jika pondasi akidah anda kuat, maka akan semakin kuat pula bangunan Islam yang anda dirikan. Dan jika bangunan Islam anda sangat kuat, maka perjalanan akhirat anda tidak akan terganggu oleh segala kekacauan dan keruwetan dunia yag mendatangi anda dari segala arah. Tentu saja Allah juga tidak akan sungkan memberikan pertongan kepada anda, jika demikian kondisi bangunan Islam anda. Percayalah, saudaraku!




DENDAM DAN KEKEJAMAN

Dendam membuat kita menjadi kejam. Hal ini dapat kita buktikan sendiri dengan melihat sendiri keadaan batin kita. Dendam melahirkan kebencia...